DEWI SEKARTAJI dan BALI BARONG

Lukisan Kopi Cak Sohell Jl. Tirto Utomo 90b Malang Jawa Timur Indonesia

SEMAR BADRANAYA dan NATURE

Lukisan Kopi Cak Sohell Jl. Tirto Utomo 90b Malang Jawa Timur Indonesia

PELAYARAN RAKYAT

Lukisan Kopi Cak Sohell Jl. Tirto Utomo 90b Malang Jawa Timur Indonesia

Naga Jawa, Paradigma, Kembang Sejoli, dan Tarian Alam

Lukisan Kopi Cak Sohell Jl. Tirto Utomo 90b Malang Jawa Timur Indonesia

JOYOBOYO dan SINGO BARONG

Lukisan Kopi Cak Sohell Jl. Tirto Utomo 90b Malang Jawa Timur Indonesia

RASTAMAN dan PENJUAL JAMU

Lukisan Kopi Cak Sohell Jl. Tirto Utomo 90b Malang Jawa Timur Indonesia

PENARI BALI dan BALIYEM

Lukisan Kopi Cak Sohell Jl. Tirto Utomo 90b Malang Jawa Timur Indonesia

KESUNYIAN

Lukisan Kopi Cak Sohell Jl. Tirto Utomo 90b Malang Jawa Timur Indonesia

JARAN GIMBAL dan ALETHEIA

Lukisan Kopi Cak Sohell Jl. Tirto Utomo 90b Malang Jawa Timur Indonesia

Rabu, 15 Agustus 2012

Renung

Pelukis terinspirasi dengan gambaran hidup sejati yang selalu dilihat di sekitar, dimana masyarakat dibodohkan dengan kenyataan yang selama ini berputar balik, dia berusaha menggambakan sosok yang menjadi korban akan pembodohan. dan bertujuan untuk mengingatkan semua bagaimana gambaran kita saat ini.

Selasa, 07 Agustus 2012

Puteri Samudera

Puteri Samudera
Imajinasi sang pelukis yang menggambarkan sesosok puteri yang muncul di antara ombak pasang.

Sang Penghibur

Sang Penghibur

Lukisan ini di inspirasi dari peran di kehidupan masyarakat kita yang selalu terselip pada kesenangan dan kegembiraan orang lain, walau terkadang tak memperdulikan kepedihannya sendiri.

Perempuan

Perempuan
lukisan ini pesanan dari seorang perempuan karier yang berprofesi sebagai karyawan di sebua instansi pendidikan di daerah kab.malang.

mBagonk

Ciri fisik

Sebagai seorang panakawan yang sifatnya menghibur penonton wayang, tokoh Bagong pun dilukiskan dengan ciri-ciri fisik yang mengundang kelucuan. Tubuhnya bulat, matanya lebar, bibirnya tebal dan terkesan memble. Dalam figur wayang kulit, Bagong membawa senjata kudi.
Gaya bicara Bagong terkesan semaunya sendiri. Dibandingkan dengan ketiga panakawan lainnya, yaitu Semar, Gareng, dan Petruk, maka Bagong adalah sosok yang paling lugu dan kurang mengerti tata krama. Meskipun demikian majikannya tetap bisa memaklumi.

Asal-usul

Beberapa versi menyebutkan bahwa, sesungguhnya Bagong bukan anak kandung Semar. Dikisahkan Semar merupakan penjelmaan seorang dewa bernama Batara Ismaya yang diturunkan ke dunia bersama kakaknya, yaitu Togog atau Batara Antaga untuk mengasuh keturunan adik mereka, yaitu Batara Guru.
Togog dan Semar sama-sama mengajukan permohonan kepada ayah mereka, yaitu Sanghyang Tunggal, supaya masing-masing diberi teman. Sanghyang Tunggal ganti mengajukan pertanyaan berbunyi, siapa kawan sejati manusia. Togog menjawab "hasrat", sedangkan Semar menjawab "bayangan". Dari jawaban tersebut, Sanghyang Tunggal pun mencipta hasrat Togog menjadi manusia kerdil bernama Bilung, sedangkan bayangan Semar dicipta menjadi manusia bertubuh bulat, bernama Bagong.
Versi lain menyebutkan, Semar adalah cucu Batara Ismaya. Semar mengabdi kepada seorang pertapa bernama Resi Manumanasa yang kelak menjadi leluhur para Pandawa. Ketika Manumanasa hendak mencapai moksha, Semar

Bagong pada zaman Kolonial

Gaya bicara Bagong yang seenaknya sendiri sempat dipergunakan para dalang untuk mengkritik penjajahan kolonial Hindia Belanda. Ketika Sultan Agung meninggal tahun 1645, putranya yang bergelar Amangkurat I menggantikannya sebagai pemimpin Kesultanan Mataram. Raja baru ini sangat berbeda dengan ayahnya. Ia memerintah dengan sewenang-wenang serta menjalin kerja sama dengan pihak VOC-Belanda.
Keluarga besar Kesultanan Mataram saat itu pun terpecah belah. Ada yang mendukung pemerintahan Amangkurat I yang pro-Belanda, ada pula yang menentangnya. Dalam hal kesenian pun terjadi perpecahan. Seni wayang kulit terbagi menjadi dua golongan, yaitu golongan Nyai Panjang Mas yang anti-Amangkurat I, dan golongan Kyai Panjang Mas yang sebaliknya.
Rupanya pihak Belanda tidak menyukai tokoh Bagong yang sering dipergunakan para dalang untuk mengkritik penjajahan VOC. Atas dasar ini, golongan Kyai Panjang Mas pun menghilangkan tokoh Bagong, sedangkan Nyai Panjang Mas tetap mempertahankannya.
Pada zaman selanjutnya, Kesultanan Mataram mengalami keruntuhan dan berganti nama menjadi Kasunanan Kartasura. Sejak tahun 1745 Kartasura kemudian dipindahkan ke Surakarta. Selanjutnya terjadi perpecahan yang berakhir dengan diakuinya Sultan Hamengkubuwono I yang bertakhta di Yogyakarta.
Dalam hal pewayangan, pihak Surakarta mempertahankan aliran Kyai Panjang Mas yang hanya memiliki tiga orang panakawan (Semar, Gareng, dan Petruk), sedangkan pihak Yogyakarta menggunakan aliran Nyai Panjang Mas yang tetap mengakui keberadaan Bagong.
Akhirnya, pada zaman kemerdekaan Bagong bukan lagi milik Yogyakarta saja. Para dalang aliran Surakarta pun kembali menampilkan empat orang punakawan dalam setiap pementasan mereka. Bahkan, peran Bagong cenderung lebih banyak daripada Gareng yang biasanya hanya muncul dalam gara-gara saja.

Bagong versi Jawa Timur

Dalam pewayangan gaya Jawa Timuran, yang berkembang di daerah Surabaya, Gresik, Mojokerto, Jombang, Malang dan sekitarnya, tokoh Semar hanya memiliki dua orang anak , yaitu Bagong dan Sarangaja. Bagong sendiri memiliki anak bernama Besut.Dalam versi ini adik Bagong memang jarang di pentaskan namun ada lakon tertentu dimana Sarangaja keluar seperti lakon Adeg'e Khayangan Suralaya dimana pada cerita ini menceritakan Asal usul Bagong dalam versi Jawa Timur.
Tentu saja Bagong gaya Jawa Timuran memiliki peran yang sangat penting sebagai panakawan utama dalam setiap pementasan wayang. Ucapannya yang penuh humor khas timur membuatnya sebagai tokoh wayang yang paling ditunggu kemunculannya.
Dalam versi ini, Bagong memiliki nama sebutan lain, yaitu Jamblahita

Bagong versi pelukis

bagong adalah sosok yang berkarakter jujur,tanpa berfikir,ceplas-ceplos.walau tergadang terjerumus akan kejujurannya.

arti kata m-bagonk merupakan peralihan bahasa sang pelukis yang menandakan  sifat seperti bagong.


 

celebration


Family

lukisan ini merupakan pesanan dari kelarga sakinah, mawaddah, wa rohmah. amin.,hehehe (ga ngerti arep nulis opo wes pokoe ngunu iku...).

Rabu, 01 Agustus 2012

IMAJINAIR TREES

Imajinasi secara umum, adalah kekuatan atau proses menghasilkan citra mental dan ide.
Istilah ini secara teknis dipakai dalam psikologi sebagai proses membangun kembali persepsi dari suatu benda yang terlebih dahulu diberi persepsi pengertian. Sejak penggunaan istilah ini bertentangan dengan yang dipunyai bahasa biasa, beberapa psikolog lebih menyebut proses ini sebagai "menggambarkan" atau "gambaran" atau sebagai suatu reproduksi yang bertentangan dengan imajinasi "produktif" atau "konstruktif".
Gambaran citra dimengerti sebagai sesuatu yang dilihat oleh "mata pikiran". Suatu hipotesis untuk evolusi imajinasi manusia ialah bahwa hal itu memperbolehkan setiap makhluk yang sadar untuk memecahkan masalah (dan oleh karena itu meningkatkan fitnes) perseorangan oleh penggunaan simulasi jiwa.

Imajinasi dan Kenyataan.

Kita seringkali salah persepsi dalam memahami makna imajinasi. Dalam kenyataannya, imajinasi adalah sebuah kerja akal dalam mengembangkan suatu pemikiran yang lebih luas dari apa yang pernah dilihat, dengar, dan rasakan. Dengan imajinasi, manusia mengembangkan sesuatu dari kesederhanaan menjadi lebih bernilai dalam pikiran. Ia dapat mengembangkan sesuatu dari Ciptaan Tuhan dalam pikirannya. Dengan tujuan untuk mengembangkan suatu hal yang lebih bernilai dalam bentuk benda, atau sekedar pikiran yang terlintas dalam benak. Alfan Arrasuli .(2001)

JARAN GIMBAL

lukisan yang bertemakan sosok hewan dengan gaya lukis dekoratif tribal,karya ini merupakan originalitas dari sang pelukis. Coffe on Paper

AKSARA JAWA

Aksara Jawa (atau dikenal dengan nama hanacaraka atau carakan) adalah aksara jenis abugida turunan aksara Brahmi yang digunakan atau pernah digunakan untuk penulisan naskah-naskah berbahasa Jawa, bahasa Makasar, bahasa Madura[rujukan?], bahasa Melayu[rujukan?] (Pasar), bahasa Sunda[1], bahasa Bali[rujukan?], dan bahasa Sasak[1]. Bentuk aksara Jawa yang sekarang dipakai (modern) sudah tetap sejak masa Kesultanan Mataram (abad ke-17) tetapi bentuk cetaknya baru muncul pada abad ke-19. Aksara ini adalah modifikasi dari aksara Kawi dan merupakan abugida

ALETHEIA

Dalam mitologi Yunani, Aletheia (Bahasa Yunani: ἀλήθεια) adalah dewi kebenaran, kejujuran, dan ketulusan. Parmenides, seorang filsuf Yunani, menggunakan istilah Aletheia untuk melambangkan kebenaran. Aletheia dikenal oleh orang Romawi sebagai Veritas. Lawannya adalah Dolos (tipuan), Apate (muslihat) dan pseudologoi (kebohongan)

PARADIGMA

Paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang seseorang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif).[1] Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang di terapkan dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama, khususnya, dalam disiplin intelektual [2]
Kata paradigma sendiri berasal dari abad pertengahan di Inggris yang merupakan kata serapan dari bahasa Latin ditahun 1483 yaitu paradigma yang berarti suatu model atau pola; bahasa Yunani paradeigma (para+deiknunai) yang berarti untuk "membandingkan", "bersebelahan" (para) dan memperlihatkan (deik) [3]
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...