Selasa, 31 Juli 2012

Sakralisme

SAKRALISME
Siapa yang tidak kenal dengan keindahan pesona Pulau Bali, Bali yang dianugerahi eksotisme alam yang mempesona, tradisi budaya yang terus di pertahankan oleh masyarakat, dan tingkat religiusitas hindu yang begitu kuat, membuat Pulau ini mempunyai kenangan tersendiri bagi para wisatawan yang pernah mengunjunginya.
 
Tradisi dan nilai-nilai sakralisme budaya masih mendapatkan penghormatan yang tinggi di komunitas masyarakatnya. Salah satunya adalah tradisi tari barong ngelawang.
 
Tradisi ngelawang yang diwarisi secara turun temurun itu bermakna untuk menetralisir alam semesta, menolak segala jenis penyakit yang mengganggu kehidupan manusia, termasuk secara niskala mengusir orang-orang yang bermaksud jahat, menggangu keamanan Bali.
 
Seni ngelawang selain menyuguhkan hiburan, juga diyakini mampu memberi vibrasi kesucian, sehingga penduduk terhindar dari marabahaya,  penyakit atau hal-hal lain yang tidak diinginkan. Pementasan yang unik dan menarik itu berlangsung secara sporadis menyimak ruang dan menerobos waktu, karena pentas itu berpindah-pindah, bahkan masuk gang dan rumah tangga.
 
Seni ngelawang juga memiliki makna melanglang lingkungan.  Pada awalnya ngelawang adalah sebuah ritus sakral yang magis yang disangga oleh psiko-relegi yang kuat.
 
Dalam perkembangannya  masyarakat Bali yang kreatif tidak hanya ngelawang mengusung benda-benda sakral, namun dibuatkan tiruannya untuk disajikan sebagai ngelawang tontonan.
 
Dalam tradisi ngelawang Galungan tersebut, bentuk-bentuk seni “balih-balihan” seperti arja, janger, atau joged  juga dapat disaksikan  masyarakat sebagai hiburan.
 
Seni ini merupakan kesenian yang biasanya dilaksanakan dengan berkeliling Rumah-rumah penduduk seperti didatangi sekaa Barong Kedingkling dan figur-figur topeng yang bersumber dari cerita pewayangan Ramayana ini disongsong dengan antusias oleh  seisi rumah.
 
Kedatangannya diawali dengan sepotong tembang, misalnya tokoh punakawan Malen dan Merdah, lalu disusul  tokoh Subali dan Sugriwa menari semenit dua menit di halaman merajan, tempat suci keluarga.
 
Kendati singkat, umumnya masyarakat senang dan percaya aura ritual-magis yang dipancarkan ngelawang Galungan itu akan memberikan keselamatan dan perlindungan.
 
Hasrat hidup damai dan terlindung dari segala bencana tersebut itulah kiranya yang menjadi akar ngelawang. Diperkirakan ngelawang berkiblat dari sebuah mitologi Hindu, Siwa Tatwa.
 
Alkisah ketika Dewa Siwa dan Dewi Uma bercinta tidak pada tempat dan waktunya, harmoni terguncang. Akibatnya adalah kesengsaraan bagi umat manusia dan makhluk hidup yang lainnya.
 
Sadar akan kekhilapannya itu, Dewa Siwa mengutus para dewa untuk menenangkan dan menenteramkan kembali seisi alam. Setiba di bumi, para dewa itu menciptakan dan mementaskan beragam bentuk kesenian. Lewat kasih pagelaran seni itu seisi jagat kembali damai.
 
Makna ruwatan dalam mitologi Siwa Tatwa tersebut juga senafas dengan kandungan tolak bala dalam legenda  hancurnya keangkaramurkaan Mayadanawa yang kemudian disyukuri atau jadi pijakan awal Galungan, perayaan  kemenangan Dharma (kebaikan) atas Adharma (keburukan).

1 komentar:

  1. Online Casinos in Australia - AprCasino
    A complete review of the best Australian online casinos. You'll find hundreds of casino games, top slots, blackjack, roulette, video 에볼루션 카지노 사이트 poker,

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...